Ada satu genre bacaan baru yang masuk perbendaharaan saya sekarang: science fiction. Ini agak tidak lazim sebenarnya, karena saya jarang membaca buku fiksi.
Waktu masih SD-SMP memang saya sering membaca buku fiksi (seperti Lima Sekawan, STOP, dan Trio Detektif), tapi lama-kelamaan bacaan saya beralih ke nonfiksi. Malahan bisa dibilang buku bacaan saya sekarang “serius” semua. Pengarang fiksi yang saya suka cuma Dan Brown, dan gawatnya dia hanya menulis empat buku. Tiga di antaranya (Da Vinci Code, Angels and Demons, dan Digital Fortress) sudah saya baca, dan tinggal satu buku saja yang belum saya baca (Deception Point).
Nah, baru-baru ini saya “melebarkan sayap” ke science fiction. Setelah melihat-lihat dari daftar Top 100 Sci-Fi Books, saya akhirnya memilih buku Hitchhiker’s Guide to the Galaxy. Ini termasuk buku science fiction paling populer dan sering disebut-sebut di Slashdot (ada 530 hasil pencarian di Slashdot waktu tulisan ini dibuat).
Lho, ada angin apa kok membaca science fiction?
Ya, awal mulanya adalah waktu saya membaca soal skala Kardashev beberapa waktu yang lalu. Mata saya jadi terbuka. Dulu saya pikir dunia sekarang ini canggih: ada pesawat ulang alik, satelit, Internet, superkomputer, dan sebagainya. Tapi setelah membaca tentang skala Kardashev pendapat saya jadi terbalik: ternyata kita hidup di dunia yang primitif! Peradaban manusia sekarang ini bahkan belum masuk level 1 di skala Kardashev. Apa jadinya kalau kita harus berhadapan dengan peradaban level 2 apalagi 3?
Lalu saya jadi bertanya-tanya sendiri, kenapa ya selama ini kok pikiran saya begitu sempit? Kok bisa ya saya hanya melihat selebar daun kelor sampai mengira dunia sekarang ini canggih? Dari sini muncullah keinginan untuk membaca science fiction: saya ingin membawa pikiran saya menembus batas-batas! Saya ingin melihat lebih lebar dari daun kelor.
Jadi begitulah saya membaca Hitchhiker’s Guide to the Galaxy. Di sini ceritanya bumi bakal dimusnahkan karena akan dibuat jalan bebas hambatan tingkat galaksi. Ya anggaplah bumi tersingkir karena terkena “pelebaran jalan”. Hmm, ini saya baru mulai membaca …