Saya barusan baca-baca buku Built to Last. Bagus banget ! Isinya tentang kebiasaan-kebiasaan sukses dari perusahaan visioner. Perusahaan visioner di sini adalah perusahaan yang jadi icon di bidangnya masing-masing, memiliki kinerja yang mengagumkan, sudah berusia minimal lima puluh tahun, dan memberikan dampak besar bagi kehidupan banyak orang.
Yang hebat adalah prinsip-prinsip yang dikemukakan di buku ini. Rasanya prinsip-prinsip tersebut sangat tepat dan langsung mengenai sasaran ! Maklum, ini hasil penelitian selama enam tahun di Stanford ! Luar biasa. Hasil penelitian besar selama enam tahun yang disarikan menjadi sebuah buku !
Penelitian mereka ini bertujuan menemukan prinsip-prinsip abadi yang membedakan perusahaan visioner dari perusahaan-perusahaan lainnya. Dan saya katakan, penelitian mereka sangat berhasil. Membaca prinsip dan contoh-contoh yang dikemukakan rasanya sangat membuka mata.
Nah, habis baca-baca tadi saya coba merenungkan keadaan di tempat saya bekerja sekarang. Rupanya kantor saya ini sama sekali bukan perusahaan visioner 
 Prinsip-prinsip perusahaan visioner sama sekali tidak dimiliki.
Contohnya, perusahaan visioner memiliki ideologi inti yang sangat kuat. Ideologi inti inilah yang menjadi tenaga penggerak utama bagi perusahaan visioner. Di tempat saya ? Well, sama sekali tidak pernah dibicarakan mengenai ideologi inti, visi-misi, dan sejenisnya.
Contoh lainnya, bagi perusahaan visioner meraih laba sebesar-besarnya bukanlah tujuan utama. Seperti kata David Packard (pendiri HP): “Laba bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan akhir.†Mereka punya tujuan-tujuan lain yang lebih mulia seperti “memberikan kebahagiaan kepada jutaan manusia†(Disney). Di tempat saya ? Well, tujuan utamanya adalah maksimisasi laba. Jelas sekali. Ini tercermin dari berbagai tindakan dan kebijakan yang diambil. Sama sekali tidak ada pembicaraan mengenai “tujuan lain yang lebih muliaâ€.
Jadi, seperti saya katakan tadi, tempat saya ini rupanya memang bukan perusahaan visioner 