Steve Jobs: Pelajaran Kehidupan (2)

Bersambung dari Steve Jobs: Pelajaran Kehidupan (1)

Dalam pidatonya itu, Steve Jobs menguraikan pelajaran-pelajaran kehidupan yang diperolehnya, yang memungkinkannya menjadi seperti sekarang ini.

Pidato itu terdiri dari tiga cerita. Cerita pertama berjudul menghubungkan titik-titik (connecting the dots). Pada bagian ini ia bercerita mengenai latar belakang keluarganya, keputusannya untuk drop out, dan bagaimana keputusan untuk drop out itu akhirnya justru membawa berkah bagi kehidupannya. Hikmahnya, titik-titik dalam kehidupan ini pada akhirnya akan membuat garis yang jelas, asalkan kita terus berjalan mengikuti intuisi kita dan percaya. Pada awalnya memang garis itu belum terlihat, namun kita harus percaya dari awal bahwa suatu saat titik-titik itu akan saling terhubung membentuk garis yang jelas.

Cerita kedua berjudul cinta dan kehilangan (love and loss). Di sini ia bercerita mengenai pentingnya melakukan pekerjaan yang kita cintai. Ia mengisahkan pengalamannya mendirikan Apple Computer yang diawali dari sebuah garasi, sampai akhirnya berkembang menjadi perusahaan multimilyar dolar. Ia juga bercerita mengenai saat ia dipecat dari perusahaannya sendiri, suatu kehilangan yang besar dalam hidupnya. Namun untunglah ia mencintai apa yang ia kerjakan, dan inilah yang membantunya bangkit kembali bahkan menjadi lebih dari sebelumnya. Di sini sangat ditekankan pentingnya mencintai apa yang kita kerjakan. Bila belum menemukan apa yang kita cintai, teruslah mencari. Jangan berhenti sebelum menemukannya.

Cerita ketiga berjudul kematian (death). Di sini diceritakan bagaimana tiap-tiap pagi ia bertanya pada dirinya sendiri, “Kalau hari ini adalah hari terakhir dalam hidup saya, apakah saya akan melakukan apa yang hendak saya lakukan hari ini ?” Ia mengatakan bahwa mengingat bahwa kita akan mati merupakan cara terbaik untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup. Mengapa ? Karena segala penghalang seperti kebanggaan pribadi, ketakutan akan kegagalan dan rasa malu, akan sirna di hadapan kematian. Yang akhirnya tersisa hanyalah apa yang memang benar-benar penting dalam hidup. Tidak ada lagi keraguan untuk mengikuti suara hati kita.

Pidato ini ditutupnya dengan sebuah ungkapan: Stay hungry. Stay foolish. Tetaplah merasa lapar. Tetaplah merasa bodoh. Jangan pernah berpuas diri, kembangkanlah dirimu terus menerus.

Begitulah. Bagi saya pidato ini sangat mengesankan. Daripada hanya membaca ringkasannya di post ini, saya menyarankan Anda membaca transkrip pidato tersebut secara lengkap. Transkrip pidato tersebut dapat diperoleh di sini, sedangkan versi audionya dapat diperoleh di sini.