Web 2.0 (2)

Bersambung dari Web 2.0 (1)

  1. End of the Software Release Cycle
    Aplikasi Web 2.0 memiliki sifat yang berbeda dengan aplikasi pada platform “lama” seperti Windows. Suatu aplikasi Windows biasanya dirilis setiap dua atau tiga tahun sekali, misalnya saja Microsoft Office yang memiliki versi 97, 2000, XP, dan 2003. Di lain pihak, aplikasi Web 2.0 selalu di-update terus-menerus karena sifatnya yang bukan lagi produk melainkan layanan. Google misalnya, selalu di-update data dan programnya tanpa perlu menunggu waktu-waktu tertentu.
  2. Lightweight Programming Models
    Aplikasi Web 2.0 menggunakan teknik-teknik pemrograman yang “ringan” seperti AJAX dan RSS. Ini memudahkan orang lain untuk memakai ulang layanan suatu aplikasi Web 2.0 guna membentuk layanan baru. Contohnya adalah Google Maps yang dengan mudah dapat digunakan orang lain untuk membentuk layanan baru. Sebagai hasilnya muncullah layanan-layanan seperti HousingMaps yang menggabungkan layanan Google Maps dengan Craigslist. Layanan seperti ini, yang menggabungkan layanan dari aplikasi-aplikasi lainnya, dikenal dengan istilah mashup.
  3. Software Above the Level of a Single Device
    Aplikasi Web 2.0 bisa berjalan secara terintegrasi melalui berbagai device. Contohnya adalah iTunes dari Apple yang berjalan secara terintegrasi mulai dari server Internet (dalam bentuk toko musik online), ke komputer pengguna (dalam bentuk program iTunes), sampai ke mobile device (dalam bentuk iPod). Di masa depan diperkirakan akan makin banyak aplikasi-aplikasi yang memiliki sifat ini, misalnya saja demo Bill Gates di CES 2006 menunjukkan integrasi antar device yang luar biasa (lihat post Consumer Electronic Show 2006).
  4. Rich User Experiences
    Aplikasi Web 2.0 memiliki user interface yang kaya meskipun berjalan di dalam browser. Teknologi seperti AJAX memungkinkan aplikasi Internet memiliki waktu respons yang cepat dan user interface yang intuitif mirip seperti aplikasi Windows yang di-install di komputer kita. Contohnya adalah Gmail, aplikasi email dari Google yang memiliki user interface revolusioner. Contoh lainnya lagi adalah Google Maps yang meskipun berjalan dalam browser namun bisa memberikan respons yang cepat saat pengguna menjelajahi peta.

Apakah suatu aplikasi harus memiliki ketujuh ciri-ciri ini untuk bisa disebut “Web 2.0” ? Jawabannya adalah tidak. Namun semakin banyak ciri-ciri yang dimiliki berarti aplikasi itu semakin “Web 2.0” ! Dan satu hal lagi, meskipun contoh-contoh yang diberikan di atas banyak berasal dari keluarga Google, tapi sebenarnya masih banyak aplikasi Web 2.0 yang lain. Di kesempatan lainnya kita akan melihat contoh aplikasi-aplikasi Web 2.0 yang sedang berkembang saat ini.

9 thoughts on “Web 2.0 (2)”

  1. Coba saya jawab ya,, ajax ato Asynchronous JAva script and XLM itu bekerja dengan mengirimkan permintaan data dari user ke server,, dan hasil dari permintaan data tidak ditampilkan berupa halaman HTML yang penuh,, tapi hanya sebagian kecil halaman (sbg contoh kalau anda buka Gmail, kalau pilih e-mail, yang diupdate cuma layar yang putih itu, bukan seluruh halaman di load lagi) oleh karena itu ajax disebut ringan….

  2. Semakin terang apa itu web 2.0. Selama ini ane masih ngeraba-raba apa sih web 2.0. Ane juga lagi belajar nich bikin situs buat koperasi ane. Tapi situs ane belum pake komentar. Bisa jadi situs ane bergaye web 1.0 yang masih super pasif. Ngomong-ngomong ane mau tanya nich, gimana caranye supaya situs ane ade ruang komentarnya gitu? Tq

  3. WAH Artikelnya sangat bagus, kebetulan TA Saya berhubungan dengan web 2.0, tapi saya sedang kekurangan materi tentang web 2.0, di internet banyaknya bahasa inggris!!! ada artikel web 2.0 yang pake bahasa indonesia ga. kalau bisa kumplit dari definisi, sejarah, kriteria, sama kelebihan dari web 2.0!! kalau ada yg punya kirim ke e-mail saya [email protected]

  4. waaah… thx…. kebetulan ada tugas dan materi web 2.0 di kampus.

    So ini artikelnya relevan bgt,,…. thx ya…

    NOE
    NEW MEDIA BALI Interactive Computer College

Comments are closed.